Di akhir tahun 1970-an, dilaksnakan konfrensi para intlektual Muslim sedunia di suatu negara barat Kolombia. pada saat itu dibahas suatu permasalahan, kenapa ummat Islam tidak bisa kembali membangun perdabannya? kenapa ummat islam belum bisa saat ini lebih maju? kenapa menjadi ummat yang tertekan? dan belum bisa membawa kemajuan seperti semasa Rasulullah SAW. jangankan Islam menjadi rahmat bagi alam semesta, tapi Islam sendiri tidak bisa menjadi rahmat bagi ummatnya hari ini?. Kenapa? beragam jawaban yang dikemukakan, ada yang mengatakan karena ummat Islam tidak lagi mendirikan Khilafah Islamiyah, maka solusinya kita bangun khilafah islamiyah. Yang lain mengatakan karena ummat Islam tidak lagi menjalankan Qur'an dan Sunnah. Tapi dari semua jawaban hanya ada pada saat itu. Jawaban itu di ungkapakan oleh seorang cendikiawan muda bernama Osman Bakr. Ilmuan asal negeri jiran Malaysia ini mengatakan bahwa ummat Islam terpuruk karena satu hal, karena ummat Islam meninggalkan namanya Filsafat, ummat Islam tidak lagi kreatif berfikir.
Dahulu, di zamannya Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Biruni, dizamannya Al-Jabar bersinar, orang-orang Islam rajin melakukan diskusi-diskusi lepas, umat Islam kreatif dan kritis berpikir walhasil lahirlah ilmuan-ilmuan secerdas Ibnu Sina yang buku kedokterannya, Qanun Fi Al-Tibb dipakai di mana-mana termasuk di Eropa dan Afrika. Tapi, kenapa umat Islam bisa terbelakang?. Penulis sepakat dengan analsis Osman Bakr ummat Islam tidak lagi berpikir, ummat Islam telah meninggalkan Filsafat.Terserah saudara menilai sepakat atau tidak, sejarah telah membuktikan kemajuan perdaban Islam karena satu hal, karena dimasa itu diskusi (berbagai intlektual) subur di kalangan ummat Islam. Tapi hari ini kita sibuk belajar karena hanya ingin mengecap manisnya menjadi pegawai negeri, hanya ingin menjadi kaya, hanya ingin menjadi perbaikan nasib kerja dan memperthankan posisi, hanya ingin dikenal atau hanya ingin memiliki kedudukan lebih tinggi bukan menjadi seorang pemikir, tidak untuk mengubah ummat Islam menjadi lebih baik seperti yang diutarakan oleh Ali Syariati bahwa "Manusia yang tercerahkan adalah manusia yang manpu mengubah masyarakatnya menjadi lebih baik dan sejahtera".
Sekarang pertanyaannya adalah apakah ummat Islam sudah tercerahkan dan mengubah masyarakat menjadi lebih baik? ataukah hanya ingin memilih pendidikan untuk mendapatkan kekayaan, kedudukan yang ujung-ujungya hampa. Alangkah buruknya kita jika dua pusaka yang diwariskan Rasulullah SAW. yakni al-Qur'an dan sunnah kita tukar dengan kemewahan dunia. Namun hidup pun akan terasa sangat indah saat kita mampu menjadikan kekayaan dan kedudukan itu untuk mendapatkan cinta Allah dan Rasul-Nya dengan jalan berbagi dengan kaum Mustadhafin.
salam suksestulisan ditranskrip oleh Muh. Nurdin Zainal; publikasikan Muh. Nasir; memuat dalam blog yusufsbelawakoe.
itu merupakan salah satu sebab saja, saya pun setuju dengan pendapat itu. tapi di sisi lain sebenarnya masih banyak penyebab yang harus kita identifikasi kemudian cari solusi terbaiknya......
BalasHapusyach....
BalasHapusmenurutnya begitu sich
Semua berhak mengeluarkan komentar, tapi saya pikir itulah kenyataannya bahkan hari ini pun pekerjaan (PNS) diperjualbelikan bukan lagi IP (Indeks Prestasi) yang menjadi ukuran untuk bekerja di sebuah instansi tapi siapa yang memiliki finansial untuk membeli jabatan itu???
BalasHapus